"Di Karimunjawa, Telur ayam bisa membuat orang Budeg. Saking enaknya!"
Ada yang berbeda di tahun baru 2016 ini. Kalau biasanya malam tahun baru saya isi dengan jalan-jalan nonton pesta kembang api di Ungaran. Kemarin saya malah tidur awal, karena harus mempersiapkan fisik untuk jalan-jalan sekaligus liputan ke Karimunjawa bersama teman teman blogger dan media. Kebetulan saya ikut rombongan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang sedang berkunjung sekaligus meninjau langsung infrastruktur di pulau yang terkenal dengan taman bawah lautnya tersebut.Saya pikir harus ke Jepara dahulu, dilanjut naik kapal di Kartini. "duh bakal lama nih, belum lagi kalau macet di demak" gumam saya. Ternyata dugaan saya salah, kami Berangkat dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menggunakan Kapal KM SAR Sadewa dari Basarnas.
Cuaca siang itu cerah berawan, lumayan panas dan berangin, anginnya bikin lengket di kulit. Walaupun begitu, kebanyakan dari kami lebih memilih untuk duduk di dek paling atas yang tanpa atap. Selain di dek bawah sudah penuh, karena di dek atas lebih minim getaran dan minim suara bising dari mesin kapal. Saya sendiri lebih suka di atas karena ingin menikmati suasana laut. (maklum, saya kan orang gunung).
Rombongan pun tiba di Karimunjawa setelah membelah lautan hampir 4 jam lamanya, tepat setelah langit mulai gelap. Akhirnya bertemu daratan juga. Kami menginap di hotel Karimunjawa Inn, milik pemprov.
"Telur di Karimunjawa bisa bikin budeg yang makan lho"
Betul juga, karena telur dan ayam di sini sangat langka, mahal. Jadi saking enaknya, bikin orang yang makan tidak peduli kalau dipanggil panggil, ujar Bangun - Pemilik Dewandaru.
Sabtu, 2/1/2016 05:30. Cuaca mendung diiringi gerimis tipis, Ganjar jalan santai ke Pasar Karimunjawa. Sempat juga membeli 1 kilo teri hitam. Dia juga kaget "kenapa banyak kunci motor ditinggal di parkiran, kalau di Simpang lima sudah lenyap dicolong orang". Nah, inilah uniknya Karimunjawa. Saking amannya, kunci motor pun ditinggal. Hal ini juga bisa untuk membedakan mana penduduk asli dan mana yang pendatang.
Salah satu yang menjadi prioritas di Karimunjawa adalah ketersediaanya listrik sebagai pemantik untuk pengembangan kawasan wisata secara lebih cepat. Alhamdulilah pada awal tahun ini, hingga Juli 2016 listrik akan naik menjadi 18 jam per hari, yang sebelumnya hanya 12 jam per hari. Ganjar Pranowo menargetkan Pulau Karimunjawa di Kabupaten Jepara akan teraliri listrik sepenuhnya pada 2017 mendatang. Kita tunggu saja.
Setelah selesai meninjau infrastruktur seperti Pasar, pembenihan ikan dan Alun-alun, Rombongan lanjut menuju ke dermaga untuk meninjau pulau pulau kecil lainnnya. Tujuan pertama adalah tempat penangkaran ikan kerapu, dilanjutkan ke penangkaran hiu dan istirahat di Pulau Menjangan Kecil.
Di penangkaran Kerapu, tepatnya di atas kolam kolam apung. Di sinilah tempat pembudidayaan Ikan Kerapu dengan indukan berukuran sangat besar. Ada banyak sekali yang berukuran sebesar bayi. Awas jauhkan tangan, kaki, dan kepala dari kolam. Jangan sampai tercemplung, bisa dikunyah habis.
Di Penangkaran Hiu, selain bisa memberi makan hiu, kamu juga bisa ikut berenang bersama, nyemplung di kolam. Jangan khawatir, hiunya berkuran relatif kecil. Belum begitu suka daging manusia.
Nah, lanjut ke selatan terdapat pulau dengan Pantai berpasir putih, dikelilingi pohon kelapa dan cemara yang rapi. Di Pulau Menjangan Kecil, dengan luas daratan sekitar 46 hektar ini kita bisa menikmati bermacam kegiatan pantai. Seperti voli, terdapat dua buah ayunan. Tidak jauh dari Menjangan Kecil, kita bisa Snorkeling melihat keindahan taman bawah laut Karimunjawa. Sayang, cuaca siang itu mendung dan gerimis kecil.
Di penghujung hari kami lanjut ke Hutan Mangrove. Lumayan jauh juga, sekitar 15KM perjalanan darat ke sisi barat Karimunjawa. Hutan mangrove mempunyai peranan penting bagi ekosistem laut. Selain untuk menahan laju abrasi, hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat pemijahan ikan dan bermacam satwa lainnya.
Untuk memasuki Kawasan Tracking Mangrove Taman Nasioal Karimunjawa ini cukup membayar tiket Rp5.000,- . Tracknya berupa jalur semacam panggung dari kayu dengan panjang 1.5 kilometer dengan dikelilingi bermacam jenis pohon mangrove. Di tengah track terdapat Menara pandang 3 lantai. Perhatian, pakai lotion anti nyamuk ya.
Minggu Pagi, 3/1/2016. Saatnya kami kembali pulang ke Semarang. Ah, seandainya cuaca kemarin secerah saat kami pulang. Kapan Kita Kemari lagi? Huft.